LATAR BELAKANG DAN MOTIVASI PENULISAN

1. TUJUAN UNIVERSITAS ISLAM

Universitas Islam memiliki beberapa tujuan utama:

- Menyebarkan ilmu kepada kaum muslimin secara umum

- Mengajar anak-anak kaum muslimin melalui Fakultas Syariah

- Mencetak para da'i (penyeru) kepada Allah secara khusus

- Memastikan lulusan dapat mengisi berbagai posisi: pengajaran, peradilan, dan dakwah

2. TANTANGAN YANG DIHADAPI DA'I

Para da'i kepada kebenaran akan menghadapi tantangan berat dari:

- Da'i kepada kebatilan yang menyesatkan

- Orang-orang yang berdebat dengan syubhat-syubhat filosofis

- Mereka yang menggunakan premis-premis sofistis (keserupaan kebenaran)

- Orang-orang yang sangat terlatih dalam hujjah-hujjah batil

- Mereka yang sering menampakkan kebenaran dalam bentuk kebatilan dan sebaliknya

3. KEBUTUHAN PENGETAHUAN KHUSUS

Kenyataan yang dihadapi menunjukkan:

- Banyak penuntut ilmu yang tidak memiliki bekal untuk menolak kebatilan

- Para penyesat membungkam kaum Muslim karena kekuatan argumentasi mereka

- Kewajiban Muslim adalah mempelajari ilmu yang memungkinkan:

* Membatalkan kebatilan

* Menegakkan kebenaran

* Menggunakan cara-cara yang dikenal oleh orang kebanyakan

4. MENDIRIKAN FAKULTAS DAKWAH DAN USHUL AD-DIN

Berdasarkan tantangan di atas, universitas mendirikan:

- Fakultas Dakwah dan Ushul ad-Din (Dakwah dan Prinsip-Prinsip Agama)

- Bertujuan mencetak da'i yang mampu:

* Menyampaikan dakwah dengan hikmah dan nasihat baik

* Membungkam dan mengalahkan para penyesat

* Menjelaskan dengan bukti yang memuaskan

* Menampakkan kebatilan hujjah lawan-lawan mereka

ILMU ADAB AL-BAHTS WA AL-MUNADHARAH

(Etika Penelitian dan Perdebatan)

1. PENGERTIAN DAN PERAN

Ilmu "Adab al-Bahts wa al-Munadharah" adalah ilmu yang:

- Memungkinkan pelajarnya menjelaskan tempat-tempat kesalahan dalam hujjah lawan

- Memungkinkan membenarkan mazhab sendiri dengan:

* Menegakkan dalil yang meyakinkan tentang kebenarannya

* Atau menunjukkan kebenaran konsekuensinya

* Atau menampakkan kebatilan kebalikannya

- Ditetapkan dalam kurikulum Fakultas Dakwah dan Ushul ad-Din

2. HUBUNGAN DENGAN ILMU MANTIQ (LOGIKA)

a) KETERGANTUNGAN PADA ILMU MANTIQ

- Hujjah-hujjah yang digunakan dalam perdebatan tersusun dalam bentuk qiyas mantiq

- Premis-premis yang menyusun dalil-dalil perdebatan mengikuti aturan logika

- Oleh karena itu, pemahaman ilmu mantiq adalah WAJIB untuk memahami

"Adab al-Bahts wa al-Munadharah"

b) ASPEK-ASPEK MANTIQ YANG DIPERLUKAN

- Cara penanya mencegah premis kecil atau besar

- Kritik terhadap dalil dengan:

* Tidak terulangnya istilah tengah

* Rusaknya syarat-syarat produktivitas

* Hal-hal teknis logika lainnya

- Tidak dapat dipahami tanpa pengetahuan mantiq

3. PEMURNIAN MANTIQ DARI FILSAFAT

Dalam buku ini, penulis menyajikan:

- Kaidah-kaidah mantiq yang esensial untuk "Adab al-Bahts wa al-Munadharah"

- Dibatasi pada hal-hal penting yang tidak bisa ditinggalkan untuk perdebatan

- Mantiq murni dari kotoran syubhat-syubhat filosofis

- Mantiq yang telah dimurnikan oleh ulama Islam dari filsafat

Sebagaimana disebutkan oleh Al-Mukhtar bin Bunah dalam nazhamnya tentang mantiq:

"Jika engkau mengatakan an-Nawawi telah mengharamkannya

Dan Ibnu ash-Shalah serta as-Suyuthi yang meriwayatkan

Aku katakan kami memandang pendapat-pendapat yang bertentangan ini

Tempatnya adalah yang dikarang oleh para filosof

Adapun yang dimurnikan oleh orang-orang Islam

Tidak bisa tidak harus diketahui di kalangan ulama"

4. SEJARAH MANTIQ DALAM ISLAM

- Diterjemahkan dari Yunani ke Arab pada masa Al-Ma'mun

- Semua karya tulis mantiq mengandung ungkapan dan istilah yang rumit

- Bantahan terhadap para ahli mantiq dalam kebatilan mereka:

* Hanya dapat dipahami oleh yang menguasai mantiq

* Sangat membantu membantah syubhat-syubhat mutakallimun (ahli ilmu kalam)

* Khususnya dalam qiyas mantiq yang mereka gunakan untuk menafikan sifat-sifat Allah

5. PENTINGNYA MEMPELAJARI MANTIQ BAGI MUSLIM

Meskipun:

- Agama dan akidah Muslim sebenarnya tidak memerlukan mantiq

- Salaf yang shalih tidak memerlukan mantiq untuk memahami agama

Namun:

- Setelah mantiq diterjemahkan dan dipelajari

- Qiyas-qiyasnya menjadi satu-satunya jalan untuk menafikan sebagian sifat-sifat Allah

- Maka menjadi wajib bagi ulama Muslim untuk:

* Mempelajarinya dan meneliti kebenarannya

* Membantah hujjah-hujjah orang batil dengan jenis dalil yang mereka gunakan

* Membungkam mereka dengan argumen mereka sendiri lebih efektif

6. KEBENARAN DAN KERUSAKAN QIYAS MANTIQ

Karakteristik penting yang perlu dipahami:

a) QIYAS MANTIQ BENAR PADA HAKIKATNYA

- Jika premis-premis disusun dengan cara yang benar (bentuk dan materi)

- Dan memenuhi syarat-syarat produktivitas

- Maka hasilnya PASTI BENAR

b) KERUSAKAN DATANG DARI PENGGUNANYA

- Jika salah dalam menyusun premis

- Jika keliru mengenai hubungan antara proposisi-proposisi

- Misalnya: mengira suatu perkara adalah konsekuensi dari perkara lain, padahal tidak

- Maka hasilnya BERTENTANGAN DENGAN WAHYU

c) SOLUSI: PENGGUNAAN YANG BENAR

- Jika qiyas mantiq digunakan dengan cara yang benar

- Maka hasilnya SESUAI DENGAN WAHYU tanpa keraguan

- Karena AKAL YANG SEHAT TIDAK BERTENTANGAN DENGAN NAQL YANG SHARIH

- Sebaliknya: Akal dan wahyu saling memperkuat

JENIS-JENIS QIYAS MANTIQ

1. QIYAS IQTIRANI (SILOGISME KATEGORIKAL)

- Dikenal juga dengan Hamli atau Qiyas Syumul (penyertaan)

- Semua bentuknya kembali pada bentuk pertama

- Prinsip dasar logika:

* Jika istilah terkecil termasuk istilah tengah

* Dan istilah tengah termasuk yang terbesar

* Maka istilah terkecil HARUS termasuk yang terbesar

* Ini adalah hukum akal yang pasti dan tidak berubah dengan zaman

2. QIYAS ISTITSNA'I (SILOGISME HIPOTETIS)

a) Dari Muttashilah Luzumiyyah dan Istitsna'iyyah

- Menghasilkan hanya dua dharb (bentuk valid)

- Prinsip: Penafian konsekuensi mengharuskan penafian pengandaian

- Prinsip: Ketetapan pengandaian mengharuskan ketetapan konsekuensi

- Keduanya adalah hukum akal yang pasti tetap

b) Dari Syarthiyyah Munfashilah (Disjunktif Kondisional)

- Jika hakikiyyah (mencegah penggabungan dan kekosongan)

- Menghasilkan empat dharb yang valid

- Prinsip: Penafian salah satu kontradiksi mengharuskan keberadaan yang lain

- Prinsip: Keberadaan salah satu mengharuskan penafian yang lain

- Hukum-hukum akal yang pasti tidak berubah

3. JENIS-JENIS LAINNYA

- Mani'ah al-Jam' (mencegah penggabungan)

- Mani'ah al-Khulu (mencegah kekosongan)

- Masing-masing memiliki kondisi dan dharb (bentuk valid) yang spesifik

4. PRINSIP UMUM

- Semua bentuk qiyas mantiq didasarkan pada hukum-hukum akal yang pasti

- Tidak berubah dengan perubahan zaman atau kondisi

- Adalah hukum-hukum akal yang fundamental dan universal

METODE DAN STRUKTUR BUKU

1. PEMBAGIAN MATERI

Buku disusun dengan urutan:

a) Kaidah-kaidah mantiq yang esensial untuk "Adab al-Bahts wa al-Munadharah"

b) Penyebutan kata-kata penting dari etika penelitian dan perdebatan

c) Penerapan praktis dalam masalah-masalah ushul fiqh

d) Penerapan dalam masalah-masalah ilmu kalam

2. APLIKASI PRAKTIS

- Kritik-kritik dalam ushul fiqh

- Masalah-masalah kalam dimana orang Mu'attilah menafikan sifat-sifat Allah

- Cara membenarkan kebenaran dan membatalkan kebatilan

- Penerapan praktis memberikan manfaat yang lebih besar bagi mahasiswa

3. PERBANDINGAN MAZHAB

- Perbandingan antara mazhab salaf (para pendahulu) dan khalaf (para pengikut kemudian)

- Menegakkan kebenaran dan membatalkan kebatilan

- Menggunakan cara-cara perdebatan yang diakui

- Memberikan latihan praktis dalam membantah syubhat dan membatalkan kebatilan

KESIMPULAN

Buku "Adab Penelitian dan Debat" adalah:

✅ Panduan komprehensif untuk para da'i dan penuntut ilmu

✅ Menggabungkan ilmu mantiq dengan etika penelitian dan perdebatan

✅ Fokus pada aplikasi praktis dalam memerangi kebatilan

✅ Dimurnikan dari keserupaan filsafat, tetap mempertahankan nilai logis

✅ Menyediakan alat-alat intelektual untuk:

- Membongkar argumen lawan yang batil

- Membenarkan kebenaran dengan argumentasi yang kuat

- Menggunakan cara perdebatan yang efektif dan terhormat

✅ Dikhususkan untuk Fakultas Dakwah dan Ushul ad-Din

✅ Mencakup masalah-masalah ushul fiqh dan ilmu kalam yang penting

Tujuan akhir: Melahirkan para da'i yang mampu menyebarkan kebenaran dengan hikmah,

membatalkan kebatilan dengan bukti yang jelas, dan membungkam para penyesat dengan

argumentasi logis yang tidak dapat ditolak.

Tahqiq: Saud bin Abdul Aziz al-Arifi

Pengawas: Bakr bin Abdullah Abu Zaid

Diterjemahkan oleh: Muhamad Abid Hadlori