Sesungguhnya hikmah dari penciptaan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah semata, sebagaimana firman-Nya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku" (Surah Adz-Dzariyat: 56). Oleh karena itu, tauhid dan akidah yang benar yang diambil dari sumbernya yang asli dan sumber yang diberkahi yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam adalah tujuan untuk merealisasikan ibadah tersebut, karena ia adalah dasar untuk memakmurkan alam semesta ini, dan dengan kehilangannya terjadilah kerusakan, kehancuran dan kekacauannya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai Arasy daripada apa yang mereka sifatkan" (Surah Al-Anbiya: 22). Dan firman-Nya: "Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu" (Surah Ath-Thalaq: 12), dan ayat-ayat lainnya.

Dan karena tidak mungkin bagi akal untuk dapat mengetahui rincian hal itu secara mandiri, maka Allah mengutus rasul-rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya untuk menjelaskan, menerangkan dan merinci kepada manusia, agar mereka beribadah kepada Allah berdasarkan ilmu, bashirah (pengetahuan yang jelas) dan dasar-dasar yang jelas serta fondasi yang lurus. Maka rasul-rasul Allah berturut-turut menyampaikannya dan beruntun dalam menjelaskannya, sebagaimana firman-Nya: "Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan" (Surah Fathir: 24). Dan firman-Nya: "Kemudian Kami utus rasul-rasul Kami berturut-turut" (Surah Al-Mu'minun: 44), artinya sebagian mereka menyusul sebagian yang lain hingga diakhiri oleh pemimpin mereka, yang paling utama dan imam mereka yaitu nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Beliau telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah, menasihati umat, dan berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benar jihad, berdakwah kepada Allah secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, dan menunaikan beban risalah dengan sebaik-baiknya. Beliau disakiti di jalan Allah dengan sangat keras, namun beliau bersabar sebagaimana para rasul yang memiliki keteguhan hati bersabar. Beliau terus berdakwah kepada Allah dan memberi petunjuk kepada jalan-Nya yang lurus hingga Allah memenangkan agama melalui beliau, menyempurnakan nikmat melalui beliau, dan manusia masuk ke dalam agama Allah berbondong-bondong karena dakwah beliau. Beliau shallallahu alaihi wa sallam tidak wafat hingga Allah menyempurnakan agama melalui beliau dan menyempurnakan nikmat melalui beliau, dan Allah menurunkan tentang hal itu firman-Nya: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu" (Surah Al-Ma'idah: 3).

Maka beliau shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan agama seluruhnya, pokok-pokoknya dan cabang-cabangnya, sebagaimana perkataan Imam Negeri Hijrah Malik bin Anas rahimahullah: "Mustahil untuk mengira bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan umatnya cara beristinja (bersuci setelah buang air) tetapi tidak mengajarkan mereka tauhid."

Beliau shallallahu alaihi wa sallam adalah pendakwah kepada tauhid Allah, ikhlas beragama kepada Allah, dan menolak syirik seluruhnya baik besar maupun kecil, sebagaimana halnya seluruh rasul. Karena para rasul semuanya bersepakat tentang hal itu, bahu-membahu dalam berdakwah kepadanya, bahkan itu adalah titik tolak dakwah mereka, inti risalah mereka, dan dasar pengutusan mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): 'Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut.' Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)" (Surah An-Nahl: 36). Dan firman-Nya: "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: 'Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku'" (Surah Al-Anbiya: 25). Dan firman-Nya: "Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu: 'Adakah Kami mengadakan tuhan-tuhan selain Tuhan Yang Maha Pemurah untuk disembah?'" (Surah Az-Zukhruf: 45). Dan firman-Nya: "Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya" (Surah Asy-Syura: 13).

Dan telah shahih dalam Shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda: "Para nabi adalah saudara se-ayah, ibu mereka berbeda-beda namun agama mereka satu" (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim). Maka agama itu satu, akidah itu satu, dan hanya terjadi keragaman di antara mereka dalam syariat, sebagaimana firman-Nya: "Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang" (Surah Al-Ma'idah: 48).

Oleh karena itu, seharusnya ditetapkan pada setiap muslim dan jelas bagi setiap mu'min bahwa dalam akidah tidak ada tempat untuk pendapat dan tawar-menawar, melainkan yang wajib atas setiap muslim di timur dan barat bumi adalah berakidah dengan akidah para nabi dan rasul, dan beriman dengan pokok-pokok yang mereka imani dan dakwahkan tanpa keraguan atau ragu-ragu. "Rasul telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): 'Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,' dan mereka mengatakan: 'Kami dengar dan kami taat. (Mereka berdoa): Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali'" (Surah Al-Baqarah: 285).

Inilah keadaan orang-orang beriman, inilah jalan mereka: beriman, tunduk, patuh, dan menerima. Dan ketika seorang mukmin seperti itu, maka keselamatan menyertainya, keamanan dan ketenteraman terwujud baginya, jiwanya menjadi suci, hatinya tenteram, dan ia jauh sama sekali dari apa yang dialami oleh orang-orang sesat karena akidah-akidah batil mereka berupa pertentangan, kegoncangan, keraguan, wahm, kebingungan dan keraguan.

Dan akidah Islam yang benar dengan pokok-pokoknya yang tetap, dasar-dasarnya yang benar, dan kaidah-kaidahnya yang kokoh adalah - tanpa yang lainnya - yang mewujudkan bagi manusia kebahagiaan, kemuliaan dan keberuntungan mereka di dunia dan akhirat, karena kejelasan ciri-cirinya, kebenaran dalil-dalilnya, keselamatan bukti-bukti dan hujjah-hujjahnya, serta sesuai dengan fitrah yang baik, akal yang benar, dan hati yang lurus.

Oleh karena itu, sesungguhnya dunia Islam seluruhnya sangat membutuhkan untuk mengetahui akidah yang jernih dan murni ini, karena ia adalah poros kebahagiaannya yang menjadi porosnya, dan tempat keselamatannya yang tidak berubah darinya.

Dan dalam karya ringkas ini, seorang muslim akan menemukan pokok-pokok akidah Islam dan dasar-dasarnya yang paling penting serta pokok-pokok dan ciri-cirinya yang paling menonjol yang tidak dapat dipisahkan dari seorang muslim, dan ia akan menemukan semua itu disertai dengan dalilnya, didukung dengan bukti-buktinya. Maka ini adalah kitab yang mencakup pokok-pokok keimanan dalam cahaya Alquran dan Sunnah, yaitu pokok-pokok yang agung yang diwarisi dari para rasul, sangat jelas, dapat dipahami oleh setiap orang yang dapat membedakan baik kecil maupun besar dalam waktu yang singkat dan masa yang ringkas. Dan taufik hanya di tangan Allah semata.

Dengan kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada mereka yang telah berkontribusi dalam menyiapkan kitab ini yaitu: Dr. Shalih bin Sa'd As-Suhaimi, Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad, dan Dr. Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaili. Sebagaimana kami berterima kasih kepada yang telah merevisi dan menyusunnya yaitu: Dr. Ali bin Muhammad Nashir Faqihi, dan Dr. Ahmad bin Athiyyah Al-Ghamidi.

Sesungguhnya kami berharap kepada-Nya Subhanahu wa Ta'ala agar memberikan manfaat dengannya kepada seluruh kaum muslimin, dan akhir doa kami adalah segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.