Perpecahan Agama, Fenomena Pemikiran, dan Realitas Dakwah Kontemporer

Perpecahan sebagai Sunnah (Kebiasaan) Umat-Umat

Pendahuluan menetapkan bahwa perpecahan dalam agama dan perselisihan tentang Tuhan semesta alam adalah sunnah (kebiasaan) yang telah berlaku pada umat-umat sebelum Islam, dan merupakan realitas keadaan umat Islam setelah masa sahabat.

Golongan pertama yang keluar dari agama dan memecah belah barisan kaum muslimin adalah Khawarij. Kesesatan mereka pada awal mula adalah dalam masalah iman; mereka mengkafirkan kaum muslimin karena dosa-dosa, menghalalkan darah dan harta mereka. Setelah itu, fitnah-fitnah terus bermunculan dengan berbagai golongan muncul menyusul satu sama lain.

Fenomena ini menunjukkan siklus degradasi spiritual: setiap kali bid'ah muncul, ketaatan berkurang, dan larangan-larangan dilanggar. Keadaan umat semakin bertambah dalam perpecahan, kehinaan, dan kesesatan.

Kontras: Pendidikan Rasulullah dan Generasi Sahabat

Pendahuluan menggambarkan kontras tajam antara kondisi perpecahan modern dengan pendidikan yang Rasulullah berikan kepada para sahabatnya:

Metode Pendidikan Rasulullah

Rasulullah hanya mendidik sahabatnya dengan:

Penyerahan (al-taslim)
Ketaatan
Mendengar dan taat
Tidak mendahulukan apapun dari perintah Allah dan Rasul-Nya
Tidak ada keberatan terhadap perintah-Nya
Tidak ada berpaling dari ketaatan kepada-Nya

Karakteristik Generasi Sahabat

Mereka adalah sebaik-baik sahabat dan pengikut sebagaimana Nabi mereka adalah sebaik-baik nabi dan rasul. Mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan iman yang jujur dan hidup yang Allah Taala muji dalam Kitab-Nya.

Mereka tidak mengenalnya sebagai filsafat, teori, atau perdebatan, melainkan sebagai:

Ketaatan dalam keadaan senang maupun sulit
Kesabaran dalam kemudahan dan kesulitan
Jihad dengan segala makna jihad

Kesempurnaan Iman Generasi Sahabat

Iman ini terus menjadi sempurna dan bertambah melalui berbagai ujian bersejarah:

Masa penindasan dan pengepungan di Mekah
Peristiwa Uhud dan Khandaq di Madinah
Masa Mu'tah, Hunain, dan Tabuk

Hingga akhirnya jiwa mereka menjadi lurus, hati mereka bersih, dan amal mereka saleh. Tidak Allah ambil kekasih-Nya dari makhluk-Nya kecuali mereka telah menjadi layak untuk memikul amanah, menyampaikan risalah, dan menegakkan seluruh urusan agama.

Pencapaian Sejarah yang Luar Biasa

Dalam waktu yang singkat, generasi sahabat berhasil:

Memberantas kejahatan orang-orang murtad
Menaklukkan dua kerajaan besar (Persia dan Romawi)
Membuat harta perbendaharaan Kisra dan Kaisar dibelanjakan di jalan Allah
Membuat wanita dapat berjalan dari Khurasan hingga Andalusia tanpa takut kecuali kepada Allah
Membuat raja-raja India dan China membayar jizyah kepada pengikut Muhammad
Memadamkan api Majusi dan memundurkan lonceng serta salib ke kegelapan Eropa yang barbar

Surut Gelombang Besar: Kemunculan Generasi yang Berkata Apa Tidak Dikerjakan

Gelombang besar dan masa agung itu berlanjut selama yang Allah kehendaki, kemudian mulai surut ketika muncul generasi yang:

Mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan
Mengerjakan apa yang tidak diperintahkan

Kelompok-kelompok dari umat ini merespons orang-orang yang dengki dan perusak dari sisa-sisa agama-agama yang sudah dimansukh dan kelompok-kelompok filsafat yang sudah dihapus.

Umat tertimpa dengan sunnah umat-umat terdahulu; hawa nafsu mereka saling menular seperti anjing rabies menulari pemiliknya. Dalam situasi inilah muncul:

Khawarij (keluar)
Syi'ah (menjadi zindik)
Murji'ah (menjadi fasik)
Qadariyah (menjadi atheis)

Keempat golongan ini adalah asal-usul golongan-golongan yang sesat. Seandainya agama ini bukan dari Allah dan tidak ada dari tentara-Nya orang-orang yang ikhlas yang menjaganya, niscaya tidak akan tersisa darinya sedikit pun.

Penjagaan Allah Terhadap Agama-Nya

Meskipun demikian, Allah dengan hikmah-Nya yang Maha Agung menetapkan bahwa akan senantiasa ada sekelompok dari umat ini yang berada di atas kebenaran. Kelompok ini:

Ditolong oleh Allah
Tidak membahayakan mereka orang yang menyelisihi mereka
Terus bertahan hingga datang perintah Allah

Mereka adalah sisa-sisa dari ahli ilmu yang:

Menyeru orang yang sesat kepada petunjuk
Bersabar atas gangguan dari mereka
Menghidupkan orang-orang yang mati dengan Kitab Allah
Memberi penglihatan kepada ahli kebutaan dengan cahaya Allah
Menolak dari Kitab Allah penyelewengan orang-orang yang berlebihan
Menolak kebohongan para pembatal
Menolak takwil orang-orang jahil

Perselisihan Masalah Iman di Era Modern

Meskipun perselisihan dalam masalah iman merupakan perselisihan pertama dalam agama, perselisihan ini tetap menjadi salah satu masalah perselisihan terbesar di antara umat ini di sepanjang masa.

Di awal era modern, isu ini menjadi masalah terbesar yang menyibukkan umat, yaitu sejak munculnya dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Dakwah ini mengembalikan agama Hanif secara murni dan bersih.

Tuduhan terhadap Dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab

Para musuh Sunnah sepakat bahwa dakwahnya adalah dakwah Khawarij dan pemikiran Haruriyah karena - menurut mereka - ia mengkafirkan kaum muslimin.

Namun realitasnya, beliau tidak pernah mengkafirkan seorang muslim pun. Beliau hanya mengkafirkan orang-orang musyrik dan memerangi orang-orang yang keluar dari agama.

Dampak Dakwah yang Diberkahi

Dakwah yang diberkahi ini menimbulkan gema dunia yang besar, yang memaksa penentangnya untuk meninjau kembali masalah:

Iman
Kufur
Syirik
Tauhid

Kondisi Umat dalam Menghadapi Penjajahan Barat

Kemudian datang gelombang serangan Salib terakhir (penjajahan) dan fitnah peradaban Barat yang jahiliah. Umat terlena dari agamanya dan melupakan identitasnya.

Namun kemudian Allah menghendaki untuk muncul dari sisa-sisa dakwah Syaikh atau dari gemanya, dakwah-dakwah dan gerakan-gerakan yang menyeru kepada Islam dari awal. Khususnya dalam beberapa dekade terakhir, muncul pertanda-pertanda awal kembalinya yang tulus kepada Islam yang sempurna dan melepaskan diri dari pengaruh invasi peradaban kafir.

Fenomena Pemuda Islam Modern

Hal ini terwujud dalam pemuda-pemuda yang membuka mata mereka pada umat yang:

Hancur dan bertikai
Menderita penyakit-penyakit kronis di setiap sudut dan bidang
Rela dari agamanya hanya dengan pengakuan nama tanpa amal
Tanpa jihad
Tanpa dakwah
Melemparkan tanggung jawab setiap kelemahan kepada perencanaan musuh-musuh dan konspirasi penjajahan

Kekosongan Akidah yang Dahsyat

Dalam tahun-tahun terakhir terjadi peristiwa-peristiwa besar di panggung Islam yang membuktikan:

Kekosongan akidah yang dahsyat menguasai umat
Kekacauan yang mengerikan dialami oleh para pemuda dalam pemahaman dan perilaku

Pencapaian dan Ketidaktahuan Pemuda Islam

Pemuda Islam telah mampu:

Memecahkan lingkaran kesetiaan mutlak kepada Barat
Menolak peradaban Barat yang palsu sampai batas yang tidak buruk
Mengetahui banyak tentang musuh mereka, rencana mereka, dan konspirasi mereka

Namun hingga saat ini belum mengetahui:

Hakikat siapa mereka?
Jalan mana yang mereka tempuh?

Mereka terus mengulang: "Sesungguhnya kami adalah kaum muslimin dan di jalan Islam kami berjalan..." Tetapi kaki mereka tersandung oleh batu-batu dan reruntuhan yang dihasilkan oleh berabad-abad kesesatan dan penyimpangan.

Hambatan yang Menghadang: Tujuh Puluh Tiga Jalan

Untuk mengangkat diri umat dari kondisi ini, diperlukan untuk melewati rintangan yang penuh duri yang menghadang dengan tujuh puluh tiga jalan. Jalan yang menyelamatkan darinya hanya satu jalan saja dan selain itu adalah kebinasaan.

Jalan yang satu ini adalah manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah, yang dipercaya sebagai manhaj golongan yang selamat yang tidak Allah terima selain darinya.

Masalah Utama: Akidah Dipandang Sebagai Konsep Teoritis

Pandangan yang dominan pada banyak pemuda dakwah Islam hari ini adalah bahwa akidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak lebih dari konsep-konsep teoritis yang benar tentang:

Alam ghaib
Masalah-masalah keyakinan

Dan dengan demikian, bukan merupakan:

Manhaj untuk dakwah
Metode untuk perbaikan
Cara untuk perubahan

Akar Masalah

Penyebab pemahaman yang kurang ini adalah pembawa akidah yang tidak menjelaskan ciri-cirinya dan mengungkap kesempurnaannya yang merupakan hakikat kesempurnaan Islam itu sendiri.

Motivasi dan Tujuan Penelitian

Disadari bahwa dengan mempelajari penyebab-penyebab sekularisme yang merajalela dalam kehidupan Islam kontemporer, ditemukan bahwa penyebab setiap penyimpangan, kehinaan, kekalahan, dan perpecahan dalam kehidupan umat tidak lebih dari satu hal yaitu:

Menjauhnya dari manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah dalam:

Akidah
Perilaku
Cara perbaikan

Tiga Landasan Metodologi Penelitian

Risalah ini dibangun di atas tiga landasan fundamental:

Pertama: Mengkaji Irja' sebagai Fenomena Pemikiran, Bukan Golongan Historis

Perbedaan Signifikan:

Sebagai golongan historis: Penelitian hanya menjadi pekerjaan "akademis" yang ditambahkan kepada kumpulan karya-karya yang membicarakan sejarah golongan-golongan
Sebagai fenomena pemikiran: Menunjukkan realitas besar yang menghadapi setiap dakwah tajdid, menafsirkan banyak penyebab kelemahan dan kemerosotan umat secara umum dan dakwah secara khusus

Dengan pendekatan kedua, hasil-hasil positif akan mengalir dari setiap sisi, terutama dengan memperhatikan "rukun amal" dan keharusannya bagi iman dan dakwah.

Penjelasan Hakikat Penting tentang Irja'

Irja' bukanlah dakwah yang sadar dan disengaja, tetapi adalah:

Tafsiran sesat terhadap hakikat iman
Dihasilkan oleh sebab-sebab historis
Didukung oleh alasan psikologis

Ketika umat melemah dari amal secara bertahap dan lepas dari kewajiban-kewajiban, mereka menemukan dalam Irja' tafsiran yang nyaman yang membenarkan kelemahannya dan kelalaiannya.

Evolusi Irja':

Tahap awal: Murji'ah hanya memerlukan pembantahan syubhat-syubhat teoritis mereka dengan dalil ilmiah yang jelas
Tahap kemudian: Umat menganut Irja' sebagai akidah dan manhaj, menganggap orang yang menyelisihinya adalah Khawarij, mengatur agamanya dan hukum-hukum imannya dengan prinsip-prinsip Irja'

Konsekuensinya adalah:

Pembenaran hati yang terlepas dari ucapan lisan dan amal adalah hakikat iman
Ucapan, shalat, zakat, puasa, dan haji adalah sekadar akuan dan pengakuan saja

Kedua: Penanganan Realitas Dakwah Islam Kontemporer

Para pengemban dakwah terbagi umumnya menjadi dua kelompok dengan subdivisi-subdivisi:

Kelompok Pertama:

Memahami asal masalah dan tempat obatnya
Ingin meluruskan ushul-ushul dan menjelaskan hal-hal asasi dalam agama
Tetapi menempuh sikap yang:
- Mandul dalam pemahaman
- Berlebihan dalam ghuluw (sikap ekstrem)
- Menyangka ini adalah metode kesungguhan dan istiqamah

Hasil: Terjerumus dalam bencana pengkafiran orang-orang tertentu dari kalangan awam kaum muslimin yang berbeda pendapat (menghidupkan kembali mazhab Haruriyyah)

Kelompok Kedua:

Meluncur dalam dakwahnya tanpa metode yang jelas
Tanpa tasawwur (konsepsi) keyakinan yang utuh
Menangani perkara dengan kegaduhan emosional bukan ta'shil ilmiah
Lari dari pengkafiran kepada pembenaran
Mengakarkan realitas yang menyimpang dengan teori-teori bid'ah
Menemukan dalam mazhab Murji'ah tujuan dan sandaran (menghidupkan kembali mazhab Murji'ah dengan segar)

Ketiga: Merumuskan Metode Penelitian yang Komprehensif

Metode ini melebihi sekadar penelitian ilmiah teoritis dengan menambahkan unsur-unsur baru yang menyapa:

Fitrah
Perasaan
Akal

Aspek-Aspek Penting:

Menghadirkan realitas generasi teladan yang dididik oleh Nabi
Meneladani mereka dalam menyempurnakan iman dan berdakwah
Menjelaskan hakikat jiwa manusia yang tidak pernah kosong dari kemauan dan amal
Mengaitkan dengan hikmah agama dan tujuannya yaitu:
- Memperbaiki kemauan-kemauan
- Menyucikan amal-amal

Hasil: Menunjukkan bahwa iman adalah keyakinan dan amal berdasarkan hakikat syar'i, realitas, dan jiwa sekaligus

Struktur Risalah: Lima Bab Penelitian

Risalah dibagi menjadi lima bab:

Bab Pertama: Meneliti hakikat iman dan keterkaitannya dengan amal melalui:

Dakwah Nabi dan sirahnya
Hakikat jiwa manusia
Hakikat iman menurut syariat

Bab Kedua: Meneliti sejarah pemikiran Irja' sejak kemunculannya hingga menjadi fenomena pemikiran umum, dengan perhatian khusus pada "meninggalkan amal" dan hukumnya

Bab Ketiga: Irja' sebagai fenomena, dan perincian dua jenis Irja':

Irja' para fuqaha dan para abid
Irja' para mutakallimin dan para ahli mantiq

Bab Keempat: Perincian hubungan iman dengan amal, dan yang zhahir dengan yang bathin, dengan perhatian khusus pada amal-amal hati

Bab Kelima: Penjelasan bahwa iman adalah hakikat yang tersusun dari dua rukun (perkataan dan perbuatan), batalmya mazhab Murji'ah, dan penjelasan hukum pelaku dosa besar

Pesan Utama dan Signifikansi

Pendahuluan membangun argumentasi yang kuat bahwa:

Perpecahan adalah realitas historis: Perpecahan dalam iman bukan fenomena baru tetapi kebiasaan umat-umat sebelum Islam dan realitas umat Islam
Kontras generasi teladan: Generasi sahabat, dengan pendidikan langsung dari Nabi, mencapai kesempurnaan iman yang menghasilkan pencapaian luar biasa dalam waktu singkat
Fenomena Irja' adalah masalah kontemporer: Lebih penting untuk memahami Irja' sebagai fenomena pemikiran modern daripada sebagai golongan historis
Akidah bukan konsep teoritis: Akidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah manhaj praktis untuk dakwah, perbaikan, dan perubahan, bukan sekadar konsep teoritis
Keseimbangan dalam dakwah diperlukan: Menghindari ekstrem pengkafiran (seperti Khawarij) dan ekstrem pembenaran (seperti Murji'ah) merupakan kunci keselamatan
Metode holistik diperlukan: Penelitian masalah iman tidak dapat hanya bersifat akademis teoritis tetapi harus menyentuh realitas, jiwa, dan praktek kehidupan

Diterjemahkan oleh: Muhamad Abid Hadlori