Inilah kenangan-kenangan saya, yang telah saya bawa sepanjang hidup saya dan saya anggap sebagai harta paling berharga, karena suatu hari saya akan menemukan diri saya di dalamnya dan mengingat masa lalu saya; sebagaimana seorang pengembara di padang pasir membawa tempat air untuk menolak kematian karena kehausan. Tetapi perjalanan menjadi panjang dan tempat air itu bocor, setiap kali saya melangkah, setetes air menetes darinya. Hingga ketika airnya hampir habis, beban menjadi berat bagi saya, dan lengan saya lelah, datanglah seseorang yang menambal lubangnya, memikul bebannya untuk saya, dan menjaga sisa air yang tersisa di dalamnya, namanya adalah Zuhair Al-Ayyubi.

Ia datang meminta saya untuk menulis kenangan-kenangan saya di majalah "Al-Muslimun" ketika dua bersaudara, Profesor Hisham dan Muhammad, putra saudara saya Profesor Ali Hafiz, bertekad menerbitkannya. Penerbitan kenangan-kenangan ini adalah salah satu cita-cita besar saya dalam hidup, dan sering kali saya bertekad melakukannya kemudian sibuk dengan hal lain, saya umumkan untuk mengikat diri saya agar tidak lari darinya, namun saya tidak menulisnya, bahkan saya tidak memulainya; karena saya hanya menulis untuk percetakan. Karena itu saya tidak menemukan sesuatu yang tertulis untuk saya rujuk saat menulis kenangan dan saya andalkan, dan apa yang saya titipkan kepada ingatan, ingatan melemah dalam menjaganya dan tidak mampu mengingatnya; karena itu saya tunda dan saya tarik-ulur dan mencoba melarikan diri tanpa menyatakan alasannya, sementara ia mengepung saya dan menutup jalan pelarian dan dengan sopan santun, kelembutan dan cara masuknya yang baik, ia menahan lidah saya dari menyatakan penolakan secara terus terang. Kemudian kami sepakat bahwa saya akan menceritakannya kepada salah seorang sastrawan saudara kami dan ia akan menulisnya dengan penanya, dan kami memilih saudara yang alim dan sastrawan Ibrahim Sarsiq, ia mendengar dari saya dan memindahkan dari saya, dan menulis dua episode yang merupakan pembukaan yang brilian untuk buku ini. Dan ia tidak lalai, semoga Allah berbuat baik kepadanya, bahkan ia memperpanjang, berbuat baik dan memperindah, tetapi tidak ada yang dapat menggaruk tubuhmu seperti kuku sendiri, maka dari kebaikannya kepada saya adalah ia mengembalikan sebagian semangat saya, maka saya mulai menulis.

Dan kalau bukan karena Zuhair yang mengusulkan, dan kalau bukan karena Ibrahim yang membangkitkan semangat dan mendorong, saya tidak akan menulis; maka untuk mereka dan untuk Profesor Hisham dan Muhammad, putra Profesor Ali Hafiz dan keponakan Profesor Usman Hafiz, pelopor pers di negeri ini, untuk mereka terima kasih.

Dan terima kasih untuk anak dan menantu saya, pemilik Dar Al-Manar yang menyajikan edisi pertama kenangan-kenangan ini, dan untuk cucu saya yang bekerja menata, menyusun dan mempersiapkannya untuk dicetak. Dan jika menantu saya Muhammad Nadir Hattaht dan cucu saya Mujahid Dairaniyyah adalah dari saya, bukan orang asing bagi saya, jika saya berterima kasih kepada mereka maka puji syukur kepada Allah yang memberiku seperti mereka, dan jika tidak, seseorang tidak berterima kasih kepada dirinya sendiri.

Dan terima kasih kepada Profesor Muhammad Ali Daulah, yang mengutamakan bekerja dalam penerbitan buku daripada mengajar yang ia ahli dan berhasil di dalamnya, karena ia menemukan dalam penerbitan manfaat bagi orang-orang dan harapan pahala dari Allah. Maka ia yang mengawasi percetakan buku dan menempatkan di dalamnya seleranya, seninya, pengalamannya dan pengetahuannya.

Saya memulai menulis kenangan tanpa rencana dalam pikiran yang saya ikuti atau cara yang saya tempuh, dan saya jujur kepada pembaca bahwa saya memulainya seperti dipaksa, saya menulis episode dan tidak tahu apa yang datang setelahnya, dan sering kali saya lupa apa yang saya tulis di episode sebelumnya, maka datanglah dengan cara yang aneh dari metode memoar dan cara-cara sejarawan; dari para sejarawan ada yang berjalan mengikuti tahun-tahun mengikuti pemimpin mereka dan pemimpin para mufassir At-Tabari, ia memotong-motong satu peristiwa hingga kehilangan kesatuannya dan merusak kebaruannya, dan di antara mereka ada yang mengumpulkan peristiwa-peristiwa, menghubungkan awal dengan akhirnya tetapi menyembunyikan waktunya.

Dan saya menemukan orang-orang yang menulis memoar mereka di zaman ini, di antara mereka ada yang mengandalkan dokumen-dokumen tertulis atau deskripsi peristiwa yang ditulisnya pada saat itu. Dan saya tidak memiliki kecuali beberapa kertas resmi sekolah atau pekerjaan atau foto-foto, dan banyak di antaranya tidak berada di tangan saya saat saya menulis, dan saya berkata kepada diri saya: jika datang dengan kacau tanpa aturan maka begitulah dunia; dunia di dalamnya ada cerah dan hujan, kegembiraan dan kekeruhan, kemudahan dan kesulitan, tawa dan tangis, kesulitan dan kelonggaran. Tetapi apakah itu datang dengan urutan yang diketahui dan cara yang jelas?

Begitulah datang kenangan-kenangan saya.

Diterjemahkan oleh: Muhamad Abid Hadlori