Maka berkata hamba yang mengharap rahmat Tuhannya Yang Maha Pemberi, Rahmatullah bin Khalil al-Rahman, semoga Allah mengampuninya dan kedua orang tuanya, dan berbuat baik kepada keduanya dan kepadanya: Bahwa pemerintahan Inggris ketika berkuasa atas kerajaan India dengan kekuasaan yang kuat, dan mereka membentangkan permadani keamanan dan keteraturan dengan bentangan yang memuaskan, dan dari awal kekuasaan mereka hingga empat puluh tiga tahun, tidak tampak dakwah dari para ulama mereka kepada mazhab mereka. Setelah itu mereka mulai berdakwah dan mereka bertahap dalam hal itu, hingga mereka mengarang risalah-risalah dan buku-buku dalam menolak ahli Islam, dan membagikannya di negeri-negeri di kalangan orang awam, dan mereka mulai berkhotbah di pasar-pasar dan perkumpulan manusia dan jalan-jalan umum. Orang-orang awam dari ahli Islam hingga suatu masa menjauh dari mendengarkan khotbah mereka dan mempelajari risalah-risalah mereka, maka tidak seorang pun dari ulama India yang memperhatikan untuk menjawab risalah-risalah tersebut. Namun setelah beberapa waktu, terjadi kelemahan pada penolakan sebagian orang awam, dan muncul kekhawatiran tergelincirnya kaki sebagian orang jahil yang seperti hewan ternak. Maka pada saat itulah sebagian ulama ahli Islam memperhatikan untuk menjawab mereka.

Dan saya meskipun bersembunyi di sudut kerendahan, dan tidak termasuk dalam barisan ulama-ulama besar, dan tidak layak untuk urusan besar yang penting ini, namun ketika saya mengetahui pemaparan-pemaparan mereka dan tulisan-tulisan mereka, dan sampai kepada saya risalah-risalah yang banyak dari karya-karya mereka, saya memandang baik untuk berijtihad juga sesuai kemampuan dan kesanggupan. Maka saya mengarang pertama-tama buku-buku dan risalah-risalah agar jelas keadaannya bagi orang-orang yang berakal. Dan kedua saya meminta dari pendeta yang paling mahir dan paling tinggi kedudukannya dari para ulama Kristen yang ada di India yang sibuk mencela dan melukai agama Islam, baik secara tulisan maupun lisan, yaitu pengarang (Mizan al-Haqq) agar terjadi perdebatan antara saya dan dia di majelis umum, agar terjelaskan dengan sejelas-jelasnya bahwa ketidakpedulian para ulama Islam bukanlah karena ketidakmampuan mereka menjawab risalah-risalah para pendeta seperti yang dikira sebagian orang Kristen.

Maka ditetapkanlah perdebatan dalam lima masalah yang merupakan masalah-masalah utama yang diperdebatkan antara orang Kristen dan Muslim, yaitu: tahrif (pemalsuan), nasakh (penghapusan), tatslits (trinitas), kebenaran Al-Quran, dan kenabian Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Maka berlangsunglah majelis umum pada bulan Rajab tahun seribu dua ratus tujuh puluh dari Hijrah penghulu orang-orang terdahulu dan orang-orang kemudian shalallahu alaihi wasallam di kota Agra (Akbar Abad).

Dan ada sebagian sahabat yang terhormat, semoga Allah memperpanjang umurnya, yang membantu saya dalam majelis ini. Dan ada sebagian pendeta yang membantu pendeta yang disebutkan tadi. Maka tampaklah kemenangan bagi kami dengan karunia Allah dalam dua masalah nasakh dan tahrif yang keduanya merupakan masalah yang paling rumit dan paling tua menurut anggapan pendeta, sebagaimana ditunjukkan oleh ungkapannya dalam kitab Hall al-Isykal. Ketika dia melihat itu, dia menutup pintu perdebatan dalam tiga masalah yang tersisa.

Kemudian terjadilah kesempatan bagi saya bahwa saya sampai ke Mekah, semoga Allah memuliakan kota itu, dan saya hadir di hadapan guru yang alim lagi cerdas dan pandai, mata air ilmu dan pengetahuan, sumber hikmah dan riwayat, matahari para sastrawan, mahkota para ahli pidato, pemimpin para peneliti, sandaran para pengkaji, imam para ahli hadits, teladan para fuqaha dan mutakallimin, buah hati Fathimah az-Zahra, pembawa nama Rasul yang diterima, tuanku, sandaranku, dan pemimpinku Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, semoga Allah melimpahkan kebaikannya hingga hari kiamat. Beliau memerintahkan saya untuk menerjemahkan dalam bahasa Arab lima pembahasan ini dari buku-buku yang telah saya karang dalam bidang ini, karena buku-buku itu ada yang dalam bahasa Persia dan ada yang dalam bahasa Muslim India.

Alasan penulisan saya dalam dua bahasa ini adalah bahasa pertama merupakan bahasa yang biasa digunakan Muslim di kerajaan tersebut, dan bahasa kedua adalah bahasa mereka sendiri. Dan bahwa para pendeta penceramah yang tinggal di kerajaan tersebut mahir dalam bahasa kedua dengan yakin, dan mengetahui bahasa pertama juga sedikit, terutama pendeta yang berdebat dengan saya, karena kemahirannya dalam bahasa pertama lebih kuat daripada yang kedua. Saya melihat ketaatan pada perintah pemimpin saya seperti kewajiban, dan saya bersiap sungguh-sungguh untuk mematuhi perintahnya. Maka saya berharap dari siapa yang menempuh jalan keadilan dan menghindari jalan kesewenang-wenangan, agar menutup kesalahan-kesalahan saya dan menjalankan pena perbaikan pada kelalalan-kelalalan saya. Dan saya memohon kepada Allah Yang memudahkan semua kesulitan agar menganugerahi saya dengan apa yang menuntun saya kepada kebenaran dan kebenaran, dan menjadikan buku ini diterima oleh manusia, bermanfaat bagi khusus dan umum, dan menjaganya dari syubhat orang-orang yang batil dan keraguan orang-orang yang mengingkari. Dan Dialah Wali untuk taufik, dan di tangan-Nya kendali tahqiq, dan Dia atas segala sesuatu Maha Kuasa, dan pantas untuk mengabulkan. Dan saya beri nama buku ini (Izhar al-Haqq/Penyingkapan Kebenaran) dan saya susun dalam muqaddimah dan enam bab.