FONDASI KEBUTUHAN MANUSIA AKAN SYARIAT ILAHI

Pendahuluan dimulai dengan menerangkan bahwa Allah telah memberikan anugerah kepada hamba-Nya dengan memberikan syariat (hukum-hukum agama). Hal ini karena akal manusia, meskipun memiliki kemampuan, memiliki keterbatasan:

1. KETERBATASAN AKAL MANUSIA

- Akal manusia mengalami kekurangan dan kelemahan

- Tidak mengetahui hal-hal gaib

- Pandangan manusia berbeda-beda tentang kemaslahatan

- Manusia sering berubah pendapat tentang baik dan buruk

2. KEBUTUHAN MANUSIA AKAN PETUNJUK ILAHI

- Allah menyediakan pedoman hidup melalui syariat-syariat berturut-turut

- Setiap syariat disesuaikan dengan kondisi dan keadaan umatnya

- Setiap rasul datang dengan bahasa kaumnya untuk menjelaskan dengan terang

- Allah menjaga hamba-hamba-Nya dengan perhatian dan bimbingan

3. BUKTI DARI AL-QURAN

Allah berfirman dalam Surah Thaha 123-127 tentang Adam dan Hawa ketika diturunkan ke bumi:

"Jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, niscaya

dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka."

================================================================================

KEUNIKAN SYARIAT NABI MUHAMMAD SEBAGAI PENUTUP SEMUA NABI

Ketika Allah menghendaki untuk menutup rangkaian nabi dan rasul, Dia memilih makhluk

terbaik dan rasul yang paling sempurna, yaitu Muhammad SAW, dan memberikan risalah

penutup yang mengandung semua kebutuhan umat manusia:

1. SIFAT KHUSUS SYARIAT NABI MUHAMMAD

- Merupakan risalah penutup (khatamun-nabiyyin)

- Mengumpulkan semua yang dibutuhkan manusia di dunia dan akhirat

- Batu penjuru yang menyangga tiang-tiang bangunan

- Berlaku untuk semua manusia, semua tingkatan, hingga akhir zaman

2. TIGA KONSEKUENSI PENTING

a) MENJAGA POKOK-POKOK AGAMA DARI PERUBAHAN

"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan pasti Kami (pula)

yang memeliharanya." (Al-Hijr: 9)

b) MUKJIZAT DALAM BENTUK KITAB (AL-QURAN)

- Berbeda dengan mukjizat nabi-nabi sebelumnya yang terbatas pada hal-hal inderawi

- Al-Quran berbicara kepada akal manusia

- Berlaku untuk semua orang, semua tingkatan, hingga hari kiamat

c) MENGGABUNGKAN YANG TETAP DENGAN YANG BERUBAH

- Hukum-hukum qath'i (pasti): tidak ada ruang untuk ijtihad

- Hukum-hukum zhanni (dugaan kuat): ada keluasan untuk penelitian

- Masalah-masalah ijtihadiyyah yang mengikuti perubahan kondisi manusia

- Sehingga syariat mencakup semua peristiwa baru yang terjadi

3. KARAKTERISTIK TERPENTING SYARIAT ISLAM

Hukum-hukum syariat berdiri di atas hujjah (argumen) dan dalil. Perkara yang

diperdebatkan dirujuk kembali kepada:

- Al-Quran Al-Karim

- As-Sunnah Nabi Muhammad SAW

- Ijtihad para ulama yang berkualifikasi

Dalil dari Surah An-Nisa: 59:

"Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah

kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya)..."

================================================================================

PERAN DAN DEFINISI ILMU USHUL FIQIH

1. PENGERTIAN USHUL FIQIH

Definisi Al-Baidhawi:

"Ushul fiqih: mengetahui dalil-dalil fikih secara umum, cara mengambil manfaat

darinya, dan keadaan orang yang mengambil manfaat (mujtahid)."

2. PERAN USHUL FIQIH

- Menjelaskan sumber-sumber hukum Islam

- Menyebutkan hujjahnya (bukti-buktinya)

- Menunjukkan tingkatan dalam istidlal (pengambilan dalil)

- Menjelaskan cara mengambil hukum dari sumber-sumber ini

- Menjelaskan sifat-sifat mujtahid (orang yang menggali hukum)

3. SYARAT-SYARAT MUJTAHID

Orang yang melakukan ijtihad harus memiliki:

- Tingkat ilmu yang memenuhi standar ushul fiqih

- Pemahaman mendalam tentang ruh Islam

- Pengetahuan tentang maksud dan tujuan syariat

- Penguasaan bahasa Arab yang sempurna

- Penyucian hati dan kebaikan pemahaman

================================================================================

SEJARAH PERKEMBANGAN USHUL FIQIH

1. PERIODE SAHABAT DAN TABI'IN

- Para sahabat tidak memerlukan tulisan tentang kaidah-kaidah ushul

- Kaidah-kaidah ushul sudah tertanam dalam pikiran mereka dan menjadi tabiat

- Contoh penerapan: Abu Bakar, Umar, Ali menggunakan ijtihad dan musyawarah

- Ketika tidak ada nash, mereka berijtihad dan bermusyawarah

2. PERIODE EMAS PEMBUKUAN (IMAM ASY-SYAFI'I)

- Pada abad ke-2 dan ke-3 Hijriah terjadi perpecahan antara dua aliran:

* Aliran Ahli Hadits (Hijaz)

* Aliran Ahli Ra'yu (Logika) di Iraq

- Imam Abdurrahman bin Mahdi (wafat 198 H) meminta Imam Asy-Syafi'i

menyusun kaidah-kaidah ushul

- Imam Asy-Syafi'i menyusun "Ar-Risalah" yang menjadi batu pertama

pembukuan ilmu ushul fiqih

- Risalah ini membahas:

* Pentingnya Sunnah Nabi

* Hubungan Sunnah dengan Al-Quran

* Ijma' (konsensus) dan Qiyas

* Ijtihad dan Istihsan

* Perkataan para sahabat

3. BERBAGAI ALIRAN DALAM MENULIS USHUL FIQIH

A) ALIRAN MUTAKALLIMIN (Ahli Ilmu Kalam)

- Membahas masalah-masalah ushul secara logis berdasarkan dalil akal

- Tanpa melihat cabang-cabang fiqih

- Buku-buku terpenting:

* Al-'Umad (Al-Qadhi Abdul Jabbar, wafat 415 H)

* Al-Mu'tamad (Abu Al-Husain Al-Bashri, wafat 436 H)

* Al-Burhan (Imam Al-Haramain Al-Juwaini, wafat 478 H)

* Al-Mustashfa (Imam Al-Ghazali, wafat 505 H)

- Kemudian diringkas oleh:

* Fakhruddin Ar-Razi dalam "Al-Mahshul" (606 H)

* Saifuddin Al-Amidi dalam "Al-Ihkam fi Ushul Al-Ahkam" (631 H)

B) ALIRAN FUQAHA' (Ahli Fiqih/Hanafiyyah)

- Menghubungkan kaidah-kaidah ushul dengan cabang-cabang fiqih

- Kaidah-kaidah ditetapkan sesuai dengan cabang-cabang

- Buku-buku penting:

* Risalah Al-Karkhi (340 H)

* Ushul Al-Fiqih Al-Jashshash (370 H)

* Kanz Al-Wushul Al-Bazdawi (482 H)

* Ushul As-Sarakhsi (483 H)

* Manar Al-Anwar An-Nasafi (710 H)

C) ALIRAN MENGGABUNGKAN MUTAKALLIMIN DAN FUQAHA' (Abad ke-7 H)

- Menyebutkan kaidah ushul dan menegakkan dalil-dalilnya

- Membandingkan pendapat mutakallimin dan fuqaha'

- Menggunakan diskusi dan tarjih (memilih pendapat yang lebih kuat)

- Menyebutkan beberapa cabang yang dikeluarkan darinya

- Buku-buku penting:

* Badi' An-Nizham (Ahmad As-Sa'ati, 694 H)

* At-Tanqih (Shadrus Syari'ah, 747 H)

* Jam' Al-Jawami' (Tajuddin As-Subki, 771 H)

* At-Tahrir (Ibnu Al-Humam, 861 H)

* Muslim Ats-Tsubut (Muhibbuddin Al-Bihari, 1119 H)

D) ALIRAN TAKHRIJ FURU' ALA AL-USHUL

(Mengeluarkan cabang-cabang dari ushul)

- Menyebutkan kaidah ushul tanpa mendalami dalil setiap mazhab

- Kemudian mengeluarkan cabang-cabang fiqih dari ushul tersebut

- Dengan perbandingan antara berbagai mazhab

- Buku-buku penting:

* Takhrij Al-Furu' (Az-Zanjani, 656 H)

* Miftah Al-Wushul (At-Tilimsani, 771 H)

* At-Tamhid fi Takhrij Al-Furu' (Al-Isnawi, 772 H)

* Al-Qawa'id wa Al-Fawa'id (Ibnu Al-Lahham, 803 H)

E) ALIRAN BERBASIS MAQASHID SYARIAT

- Dirintis oleh Imam Asy-Syatibi (wafat 790 H)

- Menyebutkan kaidah-kaidah ushul di bawah bab-bab yang mencakup

maqashid (tujuan-tujuan) syariat

- Mencakup:

* Dharuriyyat (kebutuhan primer)

* Hajiyyat (kebutuhan sekunder)

* Tahsiniyyat (kebutuhan tersier)

- Buku terkenal: "Al-Muwafaqat"

4. PERKEMBANGAN BERKELANJUTAN

Setelah periode ini, para ulama terus menulis dengan berbagai aliran:

- Ada yang panjang, ada yang ringkas, ada yang sedang

- Umumnya tidak berbeda banyak dari pendahulu

- Hanya berbeda dalam cara penyajian atau mendahulukan topik tertentu