Sesungguhnya membantah ahli bid'ah dan para da'i yang mengikuti hawa nafsu, memperingatkan dari kebatilan mereka, meruntuhkan syubhat dan kesesatan mereka, menampakkan cacat dan kekurangan mereka, serta menjelaskan bahwa mereka tidak berada di atas kebenaran dan kebenaran adalah perkara yang wajib atas ahli ilmu dan para penuntut ilmu, agar kejahatan mereka dapat dihindari, dan agar yang jauh maupun dekat mengetahui kesesatan, penyimpangan, dan kejauhan mereka dari kebenaran dan petunjuk. Ini termasuk bagian dari amar ma'ruf nahi munkar yang diperintahkan secara syar'i.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: "Dan da'i kepada bid'ah berhak mendapat hukuman berdasarkan kesepakatan kaum muslimin, dan hukumannya terkadang dengan pembunuhan dan terkadang dengan yang lebih ringan dari itu, sebagaimana para salaf telah membunuh Jahm bin Shafwan, Al-Ja'd bin Dirham, Ghailan Al-Qadari, dan lain-lain. Seandainya diperkirakan dia tidak berhak mendapat hukuman atau tidak mungkin menghukumnya, maka tidak boleh tidak harus menjelaskan bid'ahnya dan memperingatkan darinya, karena ini termasuk bagian dari amar ma'ruf nahi munkar yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya."

Dan beliau rahimahullah berkata: "Dan seperti para imam bid'ah dari ahli perkataan yang menyelisihi Al-Qur'an dan As-Sunnah, atau ibadah-ibadah yang menyelisihi Al-Qur'an dan As-Sunnah, maka menjelaskan keadaan mereka dan memperingatkan umat dari mereka adalah wajib berdasarkan kesepakatan kaum muslimin, hingga dikatakan kepada Ahmad bin Hanbal: 'Seseorang yang berpuasa, shalat, dan i'tikaf lebih engkau sukai ataukah berbicara tentang ahli bid'ah?' Maka dia berkata: 'Jika dia berdiri shalat dan i'tikaf maka itu hanya untuk dirinya, dan jika dia berbicara tentang ahli bid'ah maka itu untuk kaum muslimin, ini lebih utama.' Maka dia menjelaskan bahwa manfaat ini umum bagi kaum muslimin dalam agama mereka dari jenis jihad fi sabilillah; karena membersihkan jalan Allah, agama-Nya, manhaj-Nya, dan syariat-Nya serta menolak keganasan dan permusuhan mereka terhadap hal itu adalah wajib kifayah berdasarkan kesepakatan kaum muslimin.

Seandainya tidak ada orang yang Allah tegakkan untuk menolak bahaya mereka, niscaya rusak agama, dan kerusakannya lebih besar dari kerusakan akibat penguasaan musuh dari ahli harb, karena mereka jika menguasa tidak merusak hati dan apa yang ada di dalamnya berupa agama kecuali secara ikutan, adapun mereka (ahli bid'ah) maka mereka merusak hati sejak awal."

Meskipun manhaj ini jelas dan nyata serta banyak manfaat dan faedahnya, namun telah muncul di zaman kita ini dari sebagian individu dan kelompok sikap-sikap yang terhina dan pendapat-pendapat yang tercela yang menyeru tanpa malu untuk diam dari ahli bid'ah dan ahli hawa nafsu serta tidak memperingatkan dari mereka. Mereka mengklaim bahwa inilah manhaj yang paling lurus dan jalan yang paling bijaksana, dan mereka berkata: "Dalam hal ini terdapat perbaikan retakan, penyatuan perpecahan, persatuan barisan, dan penggabungan kalimat."

Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah manhaj yang batil, bahayanya banyak dan resikonya besar terhadap Islam dan Sunnah, dan di dalamnya terdapat pemberdayaan terbesar bagi ahli bid'ah dan ahli hawa nafsu dalam menyebarkan kesesatan dan kebatilan mereka, dan ini adalah manhaj yang menyimpang dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Diterjemahkan oleh: Muhamad Abid Hadlori