Mazhab secara bahasa: Jalan dan keyakinan yang dianut seseorang.

Dalam istilah: Ibnu Muflih dalam kitab ushulnya mendefinisikannya dengan kata-katanya: Mazhab seseorang adalah apa yang dia katakan atau yang berjalan seperti itu dari tanbih atau lainnya. Ini disebutkan darinya dalam kitab Al-Inshaf.

Mazhab Hanabilah adalah salah satu mazhab ahli Islam yang diridhai oleh kaum Muslimin sepanjang zaman. Ia adalah mazhab yang sempurna dan seimbang. Ia merupakan pendapat-pendapat Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah melalui pertanyaan-pertanyaan murid-muridnya kepadanya dan jawaban-jawabannya atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kemudian pengikut-pengikutnya memperkayanya dengan pembagian cabang, takhrij, dan qiyas pada nash-nashnya, ushul-ushulnya, dan kaidah-kaidahnya, hingga terbentuklah mazhab di tangan tokoh-tokoh besar umat seperti Al-Khiraqi, Al-Qadhi Abu Ya'la, Abu Al-Khaththab, Ibnu Aqil, Ibnu Al-Jauzi, Ibnu Qudamah, Majduddin Abu Al-Barakat Ibnu Taimiyah, dan cucunya Syaikhul Islam Ahmad Ibnu Taimiyah, Ibnu Muflih, dan Ibnu Rajab. Kemudian mazhab ini sampai kepada Imam Ali bin Sulaiman Al-Mardawi yang mendirikan mazhab mutaakhirin dan mentahrirnya hingga mazhab terbatas dalam kitab-kitabnya. Kemudian datang Syaikh Al-Hajjawi dan Syaikh Ibnu An-Najjar yang merumuskan mazhab dengan perumusan yang unik dan mengumpulkannya dalam dua kitab mereka "Al-Iqna'" dan "Al-Muntaha", kemudian mukhtashar-mukhtashar bercabang darinya.

Imam Ahmad bin Hanbal Asy-Syaibani radhiyallahu 'anhu adalah salah satu imam terbesar dalam Islam secara mutlak, yang paling terkenal, paling berilmu, paling fakih, paling zuhud, dan paling hafal terhadap hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i radhiyallahu 'anhu berkata tentangnya: "Saya keluar dari Baghdad dan tidak meninggalkan di sana seorang pun yang lebih bertakwa, lebih wara', lebih fakih - saya kira dia berkata - dan lebih berilmu dari Ahmad bin Hanbal."

Imam Ahmad (wafat 241 H) rahimahullah melarang murid-muridnya untuk menulis pendapat-pendapat dan fatwa-fatwanya dan dia membenci hal itu. Ibnu Al-Qayyim berkata: "Dan dia membenci pendapatnya ditulis dan sangat keras terhadap hal itu." "Dan dia pernah berkata: Tuba (kebahagiaan) bagi orang yang Allah menyembunyikan namanya." "Dan suatu kali dia berkata kepada Al-Maimuni: Kalau bukan karena malu kepadamu, aku tidak akan membiarkanmu menulisnya - yaitu: masalah-masalahnya - dan sungguh ini sangat berat bagiku, dan hadits lebih aku cintai."

Dan dia juga berkata: "Ditulis dari pendapat dan fatwanya lebih dari tiga puluh jilid, dan Allah Subhanahu mengaruniakan kepada kami kebanyakannya, sehingga tidak terlewatkan dari kami kecuali sedikit... dan diriwayatkan fatwa-fatwa dan masalah-masalahnya, dan disampaikan generasi demi generasi hingga menjadi imam dan teladan bagi Ahlus Sunnah dengan berbagai tingkatan mereka."

Ibnu Al-Jauzi berkata: "Allah Subhanahu Wa Ta'ala melihat kebaikan niatnya maka lafaz-lafaznya dinukil dan dijaga. Jarang terjadi suatu masalah kecuali dia memiliki nash padanya baik dari cabang-cabang maupun ushul-ushul. Terkadang tidak ditemukan dalam masalah tersebut nash-nash fuqaha yang telah menyusun dan mengumpulkan."

Diterjemahkan oleh: Muhamad Abid Hadlori