Sesungguhnya tauhid adalah pondasi utama kebaikan seorang hamba di dunia dan akhiratnya. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika dakwah seluruh para Nabi adalah memprioritaskan mengajak umat kepada tauhid. Allah 'Azza wa Jalla berfirman: Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. (QS. An-Nahl: 36)

Metode ini juga yang diterapkan oleh suri tauladan dan Nabi kita Muhammad shallalahu 'alaihi wa sallam, dimana sejak awal berdakwah, beliau memprioritaskan dakwah tauhid, terhitung selama 13 tahun beliau di Mekkah berdakwah tauhid tiada henti, hingga detik-detik akhir hayatnya sekalipun, beliau tetap memperingatkan umatnya tentang tauhid serta bahaya syirik serta sarananya seperti peringatan beliau dari mengkultuskan kuburan atau menjadikannya sebagai tempat ibadah.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan: “Tauhid adalah awal dakwah para rasul dan kunci pembuka dakwah para rasul. Tauhid juga kewajiban pertama kali yang memasukkan seorang ke dalam Islam dan kewajiban terakhir sebelum meninggalkan dunia”. Inilah metode dakwah para Nabi yang harus ditempuh oleh para juru dakwah yang menghendaki kebaikan. Oleh karenanya, tidak akan kita jumpai dalam sejarah, seorang Nabipun yang memulai dakwahnya dengan politik, jihad, tasawuf, filsafat, akhlak, ekonomi dan lainnya. Namun, seluruh para Nabi menempuh satu metode yaitu memulai dan memprioritaskan dakwah mereka kepada perbaikan tauhid dan aqidah.

Dan inilah ciri utama dakwah yang benar yaitu memprioritaskan tauhid pada umat serta memberantas syirik dari hati manusia. Adapun dakwah yang tidak memprioritaskan kepada tauhid, maka yakinlah itu adalah dakwah yang menyimpang dan menuai kegagalan. Bukti nyata akan hal itu adalah gerakan-gerakan dakwah yang semarak pada zaman sekarang, yang banyak menyimpang dari metode ini sehingga jarang sekali yang memperhatikan kepada dakwah tauhid.