Hadits merupakan salah satu pilar dan sumber hukum di dalam agama Islam di samping Al-Quran. Allah menjadikan Al-Quran dan hadits Nabi sebagai sumber dalam beragama. Allah memerintahkan para hamba-Nya untuk mengembalikan semua permasalahan kepada Al-Quran dan hadits Nabi. Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
“Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.” (QS. An-Nisa’: 59)
Imam Abdul Aziz al-Kinani rahimahullah berkata: “Tidak ada perselisihan di kalangan orang yang beriman dan berilmu bahwa maksud mengembalikan kepada Allah adalah kepada kitab-Nya dan maksud mengembalikan kepada Rasulullah setelah beliau wafat adalah kepada sunnah beliau. Tidak ada yang meragukan hal ini kecuali orang-orang yang menyimpang dan tersesat. Penafsiran seperti yang kami sebutkan tadi telah dinukil dari Ibnu Abbas dan sejumlah para imam yang berilmu. Semoga Allah merahmati mereka semua”.
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah juga berkata: “Para ulama salaf dan kholaf telah bersepakat bahwa maksud mengembalikan kepada Allah adalah kepada Kitab-Nya (Al-Qur’an) dan kepada rasul-Nya di waktu masih hidup dan kepada sunnah beliau bila setelah wafat”.
Dalam wasiat pada haji terakhir Rasulullah ﷺ pernah menitipkan pesan yang sangat berharga kepada kita, beliau ﷺ bersabda:
“Sungguh aku telah meninggalkan dua perkara di tengah-tengah kalian. Kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada keduanya: Kitab Allah (Al-Qur’an) dan sunnahku.”
Oleh karenanya, kewajiban bagi setiap muslim untuk mencurahkan perhatian kepada hadits Nabi dengan mempelajari, meneliti, mengamalkan, dan menyebarkannya kepada umat. Hal ini juga merupakan ciri khas dari dakwah yang benar, yaitu perhatian terhadap hadits Nabi bersamaan dengan perhatian terhadap Al-Qur’an. Apabila ada dakwah yang tidak menaruh perhatian terhadap keduanya maka ini adalah dakwah yang tidak benar.
Maka salah satu pilar utama dan landasan mendasar manhaj salaf adalah perhatian mereka terhadap hadits Nabi, baik dari segi penelitian shahih dan lemahnya, mempelajari kandungan maknanya, membelanya dari hujatan, mengamalkan kandungannya dan menebarkannya kepada khalayak manusia. Hal ini merupakan tanda utama bagi Ahlis Sunnah wal Jama’ah, Ahli hadits dan Salafiyyun.
Berbeda halnya dengan kelompok-kelompok lainnya, mereka kurang perhatian terhadap hadits Nabi, sehingga tidak bisa membedakan mana hadits yang shahih dan tidak, bahkan terkadang mereka bersandar pada akal dan hawa nafsunya, lebih parah lagi bahkan ada yang berani menggugat hadits Nabi dan menentangnya.
Pada kesempatan ini, kita akan membahas tikaman kepada hadits Nabi, syubhat-syubhat mereka berikut bantahannya, sebagai sedikit sumbangsih kami dalam membela hadits Nabi. Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai pembela hadits Nabi.