Saudaraku jemaah haji!
Baik sekali jika Anda melakukan rangkaian manasik haji meskipun Anda tidak tahu mengapa Anda melakukannya. Cukuplah Anda tahu bahwa manasik haji adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan inilah konsekuensi berserah diri kepada Tuhan semesta alam, serta konsekuensi ibadah yang hanya diperuntukkan kepada-Nya.
Alangkah lebih baik lagi jika Anda memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar ditambahkan ilmu, lantas Dia pun mengabulkan doa Anda dan membukakan pintu-Nya, lalu Anda mengetahui hikmah dari manasik haji tersebut.
Allah Ta’ālā berfirman:
“Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) di jalan Kami, niscaya Kami tunjukkan jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah bersama orang-orang yang berbuat baik.” (Al-’Ankabūt: 69)
Alangkah indahnya kita tahu mengapa Mekah dahulu berupa sebuah lembah yang tidak ada tumbuhannya, bukan lembah subur penuh dengan tumbuhan, tidak ada hutan, tidak ada sungai, sehingga orang yang menunaikan haji dan umrah bisa bersenang-senang di tempat yang paling Allah cintai?
Mengapa kaki dan tubuh Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam yang tidak menyentuh tanah Arafah saat Haji Wada’ merupakan sebuah kekhususan bagi beliau?
Mengapa pula laki-laki dan perempuan bercampur baur dan berdesakan ketika Tawaf, ketika melontar jamrah di sebuah tanda kecil, yang mana tidak sejalan dengan syariat sebagaimana dalam semua ibadah, padahal Allah Mahakuasa untuk memberikan keleluasaan kepada mereka?
Kenapa ketika kita bertolak dari Arafah, kita harus bermalam di Muzdalifah padahal Mina lebih dekat? Kita bisa menggelar tempat tidur dan beistirahat dengan tenang di sana? Dan hal-hal lainnya yang mengandung hikmah yang agung dalam manasik haji.
Kita tidak meragukan bahwa semua manasik haji memiliki hikmah yang agung dan maksud-maksud yang sangat detail, diketahui oleh orang yang ‘alim dan tidak diketahui oleh orang yang jahil.
Inilah yang menjadi fokus pikiran saya dan mencoba menarik perhatian kaum muslimin kepadanya, melalui baris-baris tulisan yang sedikit ini dengan meminta pertolongan Allah ‘Azza wa Jalla dan berharap bimbingan dari-Nya. Semoga Tuhan kita berkenan mengampuni kita, merahmati kita, dan menunjukkan kepada kita jalan-Nya yang lurus.